Jika Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Resmi PBB
- Krisna Mughni
- Jul 29, 2020
- 3 min read

Mbak Shaposhnikova pernah ngomong, kalo Bahasa Indonesia sudah diajarkan di Moscow State Institute of International Relations pada tahun 1950 - itu sekaligus menjadi institusi tinggi pertama yang mulai mengajarkan Bahasa Indonesia di luar negeri. Tapi pernah nggak sih kepikiran bagaimana kalo Bahasa Indonesia jadi bahasa resmi PBB?, apa efeknya?, dan seberapa urgent kira-kira? >>>
Bahasa Resmi PBB
PBB memiliki enam bahasa resmi, yaitu Arab, Mandarin, Inggris, Prancis, Rusia, dan Spanyol yang digunakan dalam pertemuan antar pemerintah, dan pembuatan dokumen-dokumen. Dewan Keamanan menggunakan dua bahasa kerja, bahasa Inggris, dan Prancis, sedangkan Majelis Umum menggunakan tiga bahasa kerja, bahasa Inggris, Prancis, dan Spanyol.
Empat dari bahasa resmi adalah bahasa nasional dari anggota tetap Dewan Keamanan (Britania Raya, dan Amerika Serikat masing-masing menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi secara de facto), Spanyol, dan Arab adalah bahasa dari dua blok terbesar bahasa resmi di luar dari anggota permanen (Spanyol merupakan bahasa resmi di 20 negara, sedangkan Arab di 26 negara.
Lima dari bahasa resmi dipilih ketika PBB didirikan; Arab ditambahkan kemudian pada tahun 1973. Editorial PBB Manual menyatakan bahwa standar untuk dokumen-dokumen bahasa Inggris adalah menggunakan Bahasa Inggris dari Inggris (British-English) dalam Ejaan Oxford,
Standar penulisan Bahasa Mandarin menggunakan Hanzi sederhana, sebelumnya menggunakan Hanzi tradisional sampai pada tahun 1971 ketika representasi PBB untuk “Tiongkok” berubah dari Republik Tiongkok ke Republik Rakyat Tiongkok.
Seputar 6 Bahasa Resmi PBB
Bahasa Inggris menjadi bahasa resmi karena penuturnya adalah pemenang perang dunia ke-2 (Inggris & Amerika Serikat)
Bahasa Prancis menjadi bahasa resmi karena penuturnya adalah pemenang perang dunia ke-2 (Prancis)
Bahasa Russia menjadi bahasa resmi karena penuturnya adalah pemenang perang dunia ke-2 (Russia)
Bahasa Mandarin menjadi bahasa resmi karena jumlah penutur terbanyak di dunia (1.3 Billion Native Speakers)
Bahasa Spanyol menjadi bahasa resmi karena jumlah penutur terbanyak di dunia setelah mandarin (460 Million Native Speakers)
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi karena merupakan bahasa utama di negara-negara arab dan timur tengah (315 Million Native Speakers)
Apa syarat Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Resmi PBB
Setidaknya, ada 5 syarat utama yang harus dipenuhi jika target tersebut ingin tercapai.
Bahasa tersebut harus mempunyai penutur yang banyak. Dalan persyaratan pertama ini, Bahasa Indonesia telah memenuhi kriteria dimana penutur Bahasa Indonesia terbilang sangat banyak.(199 million total speakers).
Bahasa tersebut harus mudah dipelajari. Syarat kedua ini juga terpenuhi, karena tercatat bahwa Bahasa Indonesia merupakan salah satu bahasa yang mudah untuk dipelajari di dunia-karena menggunakan tulisan alphabet latin.
Persyaratan ketiga, terbilang bahasa tersebut harus tidak hanya digunakan di satu negara saja, namun juga harus digunakan di negara lain. Dalam hal ini, Bahasa Indonesia tidak hanya digunakan di dalam negeri, namun negara-negara seperti Timor Leste, Brunei Darussalam, Singapura, Malaysia, Filipina, bahkan sampai Ke Thailand sudah menggunakan bahasa Indonesia meski dengan dialek yang berbeda-beda.
Yang harus dimiliki sebuah negara yang bahasanya digunakan sebagai bahasa internasional adalah memiliki stabilitas ekonomi politik. Sayangnya Indonesia menurut Global Prosperity Index hanya menempati posisi ke-63.
Persyaratan kelima adalah yang terberat. Persyaratan ini menuntut untuk menggunakan Bahasa Indonesia secara terus menerus dan bangga untuk menggunakannya di ruang publik (ini masih belum tersukseskan).
Efek Bahasa Resmi
IPOLEKSOSBUDHANKAM (Ideologi Politik Ekonomi Sosial Budaya Pertahanan dan Keamanan).
Ideologi: Sebagaimana syarat diatas, peresmian sebuah bahasa pasti memiliki kondisi ideologi yang relatif baik, dengan ideologi yang baik inilah, nantinya setiap arah pergerakan negara dan sistem berwarna negara pasti akan ikut baik pula, masyarakat akan bangga dengan bahasanya, ini yang akan membentuk budaya nasionalis, ideologi akan semakin kuat, sehingga permasalahan dan perselisihan ideologi semakin kecil muncul.
Politik: Dalam urusan politik, baik itu politik dalam negeri dan luar negeri, keuntungan akan didapatkan melalui lajur politik yang tidak tersendat bahasa, kita bisa membayangkan bahwa kerja sama, kebijakan, dan lain-lain pasti bersinergi erat apabila menggunakan bahasa yang sama, kita tidak perlu mengalihbahasakan maksud dan tujuan, sehingga kita mampu memaksimalkan ide dan konsep yang berguna dalam ranah politik.
Ekonomi: Dengan menggunakan bahasa resmi, kita dapat semakin bersaing di pasar global, kita dapat bersaing dengan produk-produk ekonomi yang beragam, ini akan menghasilkan tukar-tambah kemampuan ekonomi, dengan bergitu, keuntungan dalam ranah ekonomi adalah meningkatnya devisa negara, kemampuan masyarakat mengelola usaha, memaksimalkan sumber daya, dan kerja sama yang saling menguntungkan,
Sosial: Kebanggaan terhadap negara dan sosial akan meningkat apabila bahasa resmi terlaksana, ini juga dapat membentuk ranah sosial baru yang masuk ke sebuah negara, terlepas itu baik/buruk, apabila dapat memanfaatkan dan memiliki sistem kontrol yang kuat, bukan tidak mungkin kemampuan sosial sebuah negara dapat meningkat.
Budaya: Bukan tidak mungkin, sebuah negara berbahasa resmi akan semakin bangga dengan budayanya, sebab dengan bahasa itulah, budaya akan semakin terjaga, indonesia yang memiliki banyak budaya akan terjaga dan lestari apabila bahasanya mendunia, semakin banyak orang asing yang belajar budaya dan bahasa, Indonesia akan meningkat dalam hal kebanggaannya.
Pertahanan & Keamanan: bahasa resmi menandakan kekuatan sebuah negara dalam ranah internasional, bukan tidak mungkin upaya kerja sama terkait keamanan dan pertahanan tercipta atas dasar saling menguntungkan.
Urgensi Bahasa Indonesia menjadi Bahasa Resmi
Untuk saat ini, urgensi Bahasa Indonesia terbilang kecil, sebab masih banyak syarat-syarat yang perlu kita benahi, namun bukan berarti tidak bisa, penggunaan bahasa resmi dapat menjadi batu loncatan untuk perkembangan sebuah bangsa.
Comments